Banjir di Komplek Perumahan Saya
Di tengah hiruk pikuk perayaan tahun baru, terselip luka bagi segilintir masyarakat Indonesia, khususnya yang berdomisili di daerah Jabodetabek. Tak disangka hari pertama tahun 2020 diisi dengan padamnya listrik, mengungsi, dan terbatasnya pasokan makanan. Saya pun mengalaminya.
Daerah rumah yang sejatinya tinggi, untuk kali ini kalah dengan melimpah ruahnya air. Untuk pertama kali dalam sejarah, air menyentuh garasi – satu hal yang perlu disyukuri adalah air tidak sampai masuk rumah. Akan tetapi, akses jalan keluar perumahan lumpuh. Saya, istri, anak, dan mbaknya anak, terancam tidak dapat kemana-mana. Ditambah lagi dengan mengungsinya adik saya dan istrinya ke rumah saya. Total ada 7 orang di rumah, termasuk anak saya yang masih 8 bulan, yang sangat membutuhkan listrik, selain untuk kenyamanan tidur, juga untuk memblender makanannya menjadi bubur.
Jalan pintas saya ambil, yaitu mengungsi. Kemana? Pikiran saya ya ke hotel terdekat. Setelah membuka aplikasi, cukup kaget ternyata semua hotel di dekat rumah full book! Tidak ada yang tersisa. “Kita kalah cepat”, ujar istriku.
Hotel tak ada yang available. Beralilah kami ke apartmen. Beruntung ada 2 kamar apartemen di sebrang komplek kami yang masih kosong. Setelah booking dan melakukan pembayaran via aplikasi, berangkatlah saya dan adik saya terlebih dahulu ke sana menggunakan sepeda motor melalui jalan perkampungan– pada saat itu masih ada jalan menuju perkampungan yang aman dilewati motor. Sementara kami menuju apartemen, saya meminta istri dan si mbak untuk mengangkat barang-barang di lantai ke tempat lebih tinggi. Untuk mewanti-wanti jika air benar-benar sampai masuk rumah.
Sesampai di apartemen, saya dan adik saya “terjebak” dalam diskusi dengan pegawai aplikasi untuk check-in kamar. Tak hanya saya. Ada hampir 10 orang yang mengalami kasus serupa (untuk detail ini tidak akan saya ceritakan di sini). Butuh waktu hampir 3 jam hingga kami bisa mendapatkan kunci kamar.
Sembari adik saya memastikan kamar, saya pulang untuk menjemput istri dan anak saya. Dengan barang bawaan bayi yang cukup banyak, saya membonceng mereka menerobos banjir hingga berhasil masuk ke apartemen. Setelah itu saya kembali lagi ke rumah untuk menjemput istri adik saya (yang sedang hamil). Selesai mengantar istri adik saya ke apartemen, saya menjemput mbaknya anak saya. Ketika menjemput dia, air di perumahan semakin tinggi. Jika telat sedikit, sudah pasti motor pun tak bisa lewat. Butuh total 1 jam-an untuk evakuasi mereka semua ke apartemen.
Drama belum selesai. Anak saya yang masih bayi tersebut terlihat sangat gelisah. Tangisnya pecah sepanjang malam. Badan yang sudah letih ini bergantian dengan istri dan mbak untuk menenangkannya, sembari mempersiapkan makan untuknya esok pagi.
Detik demi detik berlalu. Saya terus kontakan dengan tetangga yang memilih menetap di rumahnya untuk terus memantau kondisi banjir. Puji Tuhan air hanya sampai menyentuh garasi.
Esok paginya kami mendapat info bahwa banjir di rumah mertua sudah aman, sementara banjir di depan rumah orang tua saya masih cukup tinggi (sedada orang dewasa). Cukup satu malam di apartemen, kami memutuskan untuk mengungsi ke rumah mertua saya. Karena banyak jalan yang masih tergenang air yang tinggi, saya memutuskan untuk survey terlebih dahulu jalan menuju ke rumah mertua menggunakan sepeda motor. Jalan yang biasa ditempuh 10-15 menit, menjadi 1 jam-an karena mencari jalan yang kering.
Setelah sampai di rumah mertua, saya langsung menuju apartemen untuk menjemput yang lain. Dan jadilah malam kedua banjir, kami mengungsi di rumah mertua saya. Puji Tuhan, tidak perlu lama-lama, hari esoknya matahari bersinar terang. Banjir perlahan mulai surut. Kami bersiap dan bergegas pulang.
Setelah berberes rumah yang berantakan karena “asal” menaik-naikkan barang, saya menghela nafas. Mengucap syukur pada Tuhan sembari berujar dalam hati, Puji Tuhan saya naik kelas.
Bersambung…
Baca Juga Cerita Lainnya: Mensyukuri 2019
Baca Juga Cerita Lainnya: Cerita Tentang Rebuild Rinjani
Baca Juga Cerita Lainnya: Kenapa Teman-Teman Gue Pintar dan Hebat?